- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
JUZ 2
KEESAAN TUHAN LAH
YANG AKHIRNYA MENANG
Sekitar pemindahan
kiblat.
سَیَقُولُ ٱلسُّفَهَاۤءُ مِنَ ٱلنَّاسِ
مَا وَلَّىٰهُمۡ عَن قِبۡلَتِهِمُ ٱلَّتِی كَانُوا۟ عَلَیۡهَاۚ قُل لِّلَّهِ
ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُ إِلَىٰ صِرَ ٰطࣲ مُّسۡتَقِیمٍ
142.
Orang-orang yang
kurang akalnya[1]
di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam)
dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?”.
Katakanlah: “Kepunyaan Allāh lah Timur dan Barat.
Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus[2]”.
وَكَذَ ٰلِكَ جَعَلۡنَـٰكُمۡ أُمَّةࣰ وَسَطࣰا
لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَاۤءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَیَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَیۡكُمۡ
شَهِیدࣰاۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِی كُنتَ عَلَیۡهَاۤ إِلَّا
لِنَعۡلَمَ مَن یَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن یَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَیۡهِۚ وَإِن
كَانَتۡ لَكَبِیرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِینَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ
لِیُضِیعَ إِیمَـٰنَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفࣱ رَّحِیمٌ
143.
Dan demikian
(pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan[3]
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menjadikan kiblat yang
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa
yang mengikut Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat)
itu terasa amat berat kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allāh; dan Allāh tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allāh Amat
Pengasih lagi Penyayang kepada manusia.
قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ
وَجۡهِكَ فِی ٱلسَّمَاۤءِۖ فَلَنُوَلِّیَنَّكَ قِبۡلَةࣰ تَرۡضَىٰهَاۚ فَوَلِّ
وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَیۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّوا۟
وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥۗ وَإِنَّ ٱلَّذِینَ أُوتُوا۟ ٱلۡكِتَـٰبَ لَیَعۡلَمُونَ
أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا یَعۡمَلُونَ
144.
Sungguh Kami
(sering) melihat mukamu menengadah ke langit[4],
maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke Masjidil Haram. Dan
dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya;
dan Allāh sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
وَلَىِٕنۡ
أَتَیۡتَ ٱلَّذِینَ أُوتُوا۟ ٱلۡكِتَـٰبَ بِكُلِّ ءَایَةࣲ مَّا تَبِعُوا۟
قِبۡلَتَكَۚ وَمَاۤ أَنتَ بِتَابِعࣲ قِبۡلَتَهُمۡۚ وَمَا بَعۡضُهُم بِتَابِعࣲ
قِبۡلَةَ بَعۡضࣲۚ وَلَىِٕنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَاۤءَهُم مِّنۢ بَعۡدِ مَا جَاۤءَكَ
مِنَ ٱلۡعِلۡمِ إِنَّكَ إِذࣰا لَّمِنَ ٱلظَّـٰلِمِینَ
145.
Dan sesungguhnya
jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi
Al-Kitab (Taurat dan Injil) semua ayat mereka tidak akan mengikuti kiblatmu,
dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian mereka tidak akan
mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu-
termasuk golongan orang-orang yang zalim.
ٱلَّذِینَ ءَاتَیۡنَـٰهُمُ
ٱلۡكِتَـٰبَ یَعۡرِفُونَهُۥ كَمَا یَعۡرِفُونَ أَبۡنَاۤءَهُمۡۖ وَإِنَّ فَرِیقࣰا
مِّنۡهُمۡ لَیَكۡتُمُونَ ٱلۡحَقَّ وَهُمۡ یَعۡلَمُونَ
146.
Orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal
Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri[5].
Dan sesungguhnya
sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahui.
ٱلۡحَقُّ مِن
رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِینَ
147.
Kebenaran
itu adalah dari Tuhanmu sebab itu jangan
sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
وَلِكُلࣲّ
وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّیهَاۖ فَٱسۡتَبِقُوا۟ ٱلۡخَیۡرَ ٰتِۚ أَیۡنَ مَا تَكُونُوا۟ یَأۡتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِیعًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرٌ
148.
Dan bagi tiap-tiap
umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat)
kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allāh akan mengumpulkan kamu sekalian
(pada hari kiamat). Sesungguhnya Allāh Maha Kuasa atas
tiap-tiap sesuatu.
وَمِنۡ حَیۡثُ
خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۖ وَإِنَّهُۥ لَلۡحَقُّ
مِن رَّبِّكَۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ
149.
Dan dari mana saja
kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram; dan
sesungguhnya ketentuan itu adalah kebenaran
dari Tuhanmu. Dan Allāh
sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
وَمِنۡ حَیۡثُ
خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَیۡثُ مَا كُنتُمۡ
فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُۥ لِئَلَّا یَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَیۡكُمۡ حُجَّةٌ
إِلَّا ٱلَّذِینَ ظَلَمُوا۟ مِنۡهُمۡ فَلَا تَخۡشَوۡهُمۡ وَٱخۡشَوۡنِی وَلِأُتِمَّ
نِعۡمَتِی عَلَیۡكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
150.
Dan dari mana saja kamu berangkat maka
palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian)
berada maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia
atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka janganlah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan
nikmat-Ku atasmu dan supaya kamu mendapat petunjuk.
كَمَاۤ
أَرۡسَلۡنَا فِیكُمۡ رَسُولࣰا مِّنكُمۡ یَتۡلُوا۟ عَلَیۡكُمۡ ءَایَـٰتِنَا
وَیُزَكِّیكُمۡ وَیُعَلِّمُكُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَیُعَلِّمُكُم مَّا
لَمۡ تَكُونُوا۟ تَعۡلَمُونَ
151.
Sebagaimana Kami
telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan hikmah serta
mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.
فَٱذۡكُرُونِیۤ
أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُوا۟ لِی وَلَا تَكۡفُرُونِ
152.
Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[6] dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.
Cobaan berat dalam menegakkan kebenaran.
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟
ٱسۡتَعِینُوا۟ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِینَ
153.
Hai orang-orang
yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu[7], sesungguhnya Allāh
beserta orang-orang yang sabar.
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَن یُقۡتَلُ فِی
سَبِیلِ ٱللَّهِ أَمۡوَ ٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡیَاۤءࣱ وَلَـٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ
154.
Dan janganlah kamu
mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allāh (bahwa mereka itu)
mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup[8]
tetapi kamu tidak menyadarinya.
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم
بِشَیۡءࣲ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصࣲ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَ ٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ
وَٱلثَّمَرَ ٰتِۗ وَبَشِّرِ
ٱلصَّـٰبِرِینَ
155.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu kepada sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.
ٱلَّذِینَ إِذَاۤ
أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِیبَةࣱ قَالُوۤا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّاۤ إِلَیۡهِ رَ ٰجِعُونَ
156.
(Yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
mengucapkan: “Innaalillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn”[9].
أُو۟لَـٰۤىِٕكَ
عَلَیۡهِمۡ صَلَوَ ٰتࣱ مِّن رَّبِّهِمۡ
وَرَحۡمَةࣱۖ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ
Manasik haji.
إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلۡمَرۡوَةَ مِن شَعَاۤىِٕرِ
ٱللَّهِۖ فَمَنۡ حَجَّ ٱلۡبَیۡتَ أَوِ ٱعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَیۡهِ أَن
یَطَّوَّفَ بِهِمَاۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَیۡرࣰا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِیمٌ
158.
Sesungguhnya
Shafaa dan Marwa adalah sebagian syiar-syiar Allāh[10].
Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah maka tidak ada
dosa baginya[11]
mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu
kebajikan (dengan kerelaan hati sendiri) maka sesungguhnya Allāh Maha
Mensyukuri[12]
kebaikan lagi Maha Mengetahui.
SEBELUMNYA ..... SELANJUTNYA .....
[1]Maksudnya orang-orang yang kurang pikirannya tidak
dapat memahami maksud perpindahan kiblat.
[2]Di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berada di Mekkah di
tengah-tengah kaum musyrikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah
16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah di tengah-tengah orang Yahudi dan
Nasrani beliau diperintahkan oleh Allāh untuk mengambil Ka’bah menjadi kiblat,
terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat itu bukanlah
arah Baitul Maqdis dan Ka’bah itu menjadi tujuan melainkan menghadapkan diri
kepada Tuhan.untuk persatuan umat Islam Allāh menjadikan Ka’bah sebagai kiblat.
[3]Karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan
orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
[4]Nabi Muhammad sering melihat ke langit berdoa dan
menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke
Baitullah.
[5]Mengenal sifat-sifat Nabi Muhammad s.a.w. seperti
yang tersebut dalam Taurat dan Injil.
[6]Allāh melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya.
[7]Ada pula yang mengartikan meminta pertolongan
Allāh dengan sabar dan shalat.
[8]Hidup di sisi Allāh dan mendapatkan kenikmatan,
hanya Allāh yang mengetahui bagaimana keadaan tersebut.
[9]Artinya: sesungguhnya semua milik Allāh dan
kepada-Nya lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan “istirjā” (pernyataan
kembali kepada Allāh). Disunatkan mengucapkannya ketika ditimpa marabahaya
besar ataupun kecil.
[10]Tanda-tanda atau tempat bertaat kepada Allāh.
[11]Sebagian sahabat merasa keberatan mengerjakan sa’i
disana karena tempat tersebut bekas tempat berhala. Untuk menghilangkan rasa
keberatan itu kemudian Allāh menurunkan ayat ini.
[12]Maksudnya memberi pahala terhadap amalan
hamba-Nya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmat-Nya, dsb.
Komentar