- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Menanamkan jiwa berkorban dan berjihad.
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَكُونُوا۟
كَٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ وَقَالُوا۟ لِإِخۡوَ ٰنِهِمۡ إِذَا ضَرَبُوا۟ فِی ٱلۡأَرۡضِ أَوۡ كَانُوا۟
غُزࣰّى لَّوۡ كَانُوا۟ عِندَنَا مَا مَاتُوا۟ وَمَا قُتِلُوا۟ لِیَجۡعَلَ ٱللَّهُ
ذَ ٰلِكَ حَسۡرَةࣰ فِی قُلُوبِهِمۡۗ وَٱللَّهُ یُحۡیِۦ وَیُمِیتُۗ وَٱللَّهُ
بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِیرٌ
156.
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu,
yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan
perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: “Kalau mereka
tetap bersama-sama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh”.
Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allāh
menimbulkan rasa penyesalan yang sangat dalam di hati mereka. Allāh menghidupkan dan mematikan. Dan Allāh Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
وَلَىِٕن قُتِلۡتُمۡ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ أَوۡ
مُتُّمۡ لَمَغۡفِرَةࣱ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَحۡمَةٌ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ
157.
Dan sungguh kalau kamu
gugur di jalan Allāh atau meninggal[1],
tentulah ampunan Allāh dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari apa (harta
rampasan) yang mereka kumpulkan.
وَلَىِٕن مُّتُّمۡ أَوۡ قُتِلۡتُمۡ لَإِلَى ٱللَّهِ
تُحۡشَرُونَ
158.
Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada
Allāh saja kamu dikumpulkan.
Akhlak dan beberapa sifat
Nabi Muhammad ﷺ.
فَبِمَا رَحۡمَةࣲ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ
كُنتَ فَظًّا غَلِیظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ
وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِی ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ
عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ یُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِینَ
159.
Maka disebabkan rahmat dari Allāh, kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu[2]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allāh. Sesungguhnya Allāh menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
إِن یَنصُرۡكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمۡۖ وَإِن
یَخۡذُلۡكُمۡ فَمَن ذَا ٱلَّذِی یَنصُرُكُم مِّنۢ بَعۡدِهِۦۗ وَعَلَى ٱللَّهِ
فَلۡیَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
160.
Jika Allāh menolong kamu,
maka tidak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allāh membiarkan
kamu (tidak memberikan pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kamu (selain) dari Allāh sesudah itu? Karena
itu hendaklah kepada Allāh saja orang-orang mukmin bertawakkal.
وَمَا كَانَ لِنَبِیٍّ أَن یَغُلَّۚ وَمَن یَغۡلُلۡ
یَأۡتِ بِمَا غَلَّ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسࣲ مَّا
كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا یُظۡلَمُونَ
161.
Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta
rampasan perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu,
maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu;
kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan
dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.
أَفَمَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَ ٰنَ ٱللَّهِ كَمَنۢ بَاۤءَ بِسَخَطࣲ مِّنَ ٱللَّهِ
وَمَأۡوَىٰهُ جَهَنَّمُۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِیرُ
162.
Apakah orang
yang mengikuti keridaan Allāh sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan
yang besar dari Allāh? Tempatnya adalah Jahannam dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
هُمۡ دَرَجَـٰتٌ عِندَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ بَصِیرُۢ
بِمَا یَعۡمَلُونَ
163.
(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allāh,
dan Allāh Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
لَقَدۡ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِینَ إِذۡ
بَعَثَ فِیهِمۡ رَسُولࣰا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ یَتۡلُوا۟ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتِهِۦ
وَیُزَكِّیهِمۡ وَیُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن
قَبۡلُ لَفِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینٍ
164. Sesungguhnya Allāh telah
memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allāh mengutus di antara
mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri. Ia membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allāh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka berada dalam kesesatan yang
nyata.
Beberapa sifat orang-orang munafik.
أَوَلَمَّاۤ أَصَـٰبَتۡكُم مُّصِیبَةࣱ قَدۡ أَصَبۡتُم
مِّثۡلَیۡهَا قُلۡتُمۡ أَنَّىٰ هَـٰذَاۖ قُلۡ هُوَ مِنۡ عِندِ أَنفُسِكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرٌ
165.
Mengapa
ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan
Badar) kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu
dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allāh Maha Kuasa atas tiap-tiap
sesuatu.
وَمَاۤ أَصَـٰبَكُمۡ یَوۡمَ ٱلۡتَقَى ٱلۡجَمۡعَانِ
فَبِإِذۡنِ ٱللَّهِ وَلِیَعۡلَمَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ
166. Dan apa yang menimpa kamu
pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin
(takdir) Allāh, dan agar Allāh mengetahui dengan nyata orang-orang yang
beriman.
وَلِیَعۡلَمَ ٱلَّذِینَ نَافَقُوا۟ۚ وَقِیلَ لَهُمۡ
تَعَالَوۡا۟ قَـٰتِلُوا۟ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ أَوِ ٱدۡفَعُوا۟ۖ قَالُوا۟ لَوۡ نَعۡلَمُ
قِتَالࣰا لَّٱتَّبَعۡنَـٰكُمۡۗ هُمۡ لِلۡكُفۡرِ یَوۡمَىِٕذٍ أَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ
لِلۡإِیمَـٰنِۚ یَقُولُونَ بِأَفۡوَ ٰهِهِم مَّا لَیۡسَ فِی قُلُوبِهِمۡۚ وَٱللَّهُ
أَعۡلَمُ بِمَا یَكۡتُمُونَ
167.
Dan supaya Allāh mengetahui dengan nyata orang-orang yang
munafik. Kepada mereka dikatakan: “Marilah berperang di jalan Allāh atau
pertahankanlah (dirimu)”. Mereka berkata: “Sekiranya kami mengetahui akan
terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu[3]. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran
daripada kepada iman. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada
terkandung dalam hatinya. Dan Allāh lebih mengetahui apa
yang mereka sembunyikan.
ٱلَّذِینَ قَالُوا۟ لِإِخۡوَ ٰنِهِمۡ
وَقَعَدُوا۟ لَوۡ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا۟ۗ قُلۡ فَٱدۡرَءُوا۟ عَنۡ أَنفُسِكُمُ
ٱلۡمَوۡتَ إِن كُنتُمۡ صَـٰدِقِینَ
168.
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya
sedangkan mereka tidak turut pergi berperang: “Sekiranya
mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah: “Tolaklah
kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar”.
Pahala orang-orang yang mati syahid.
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِینَ قُتِلُوا۟ فِی سَبِیلِ
ٱللَّهِ أَمۡوَ ٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡیَاۤءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ یُرۡزَقُونَ
169.
Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allāh itu mati[4],
bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
فَرِحِینَ بِمَاۤ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ
وَیَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِینَ لَمۡ یَلۡحَقُوا۟ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا
خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ
170.
Mereka dalam keadaan
gembira disebabkan karunia Allāh yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka
bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum
menyusul mereka[5];
bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
یَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةࣲ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلࣲ
وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا یُضِیعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ
171.
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang
besar dari Allāh, dan bahwa Allāh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
beriman.
ٱلَّذِینَ ٱسۡتَجَابُوا۟ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِ مِنۢ
بَعۡدِ مَاۤ أَصَابَهُمُ ٱلۡقَرۡحُۚ لِلَّذِینَ أَحۡسَنُوا۟ مِنۡهُمۡ وَٱتَّقَوۡا۟
أَجۡرٌ عَظِیمٌ
172.
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allāh dan
Rasul-Nya sesudah mereka mendapatkan luka
(dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara
mereka dan yang bertakwa, ada pahala yang besar.
ٱلَّذِینَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ
جَمَعُوا۟ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِیمَـٰنࣰا وَقَالُوا۟ حَسۡبُنَا
ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِیلُ
173.
(Yaitu) orang-orang (yang
menaati Allāh dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:
“Sesungguhnya manusia[6]
telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allāh menjadi Penolong
kami dan Allāh adalah sebaik-baik Pelindung”.
فَٱنقَلَبُوا۟ بِنِعۡمَةࣲ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلࣲ
لَّمۡ یَمۡسَسۡهُمۡ سُوۤءࣱ وَٱتَّبَعُوا۟ رِضۡوَ ٰنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِیمٍ
174.
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia yang besar
dari Allāh, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan
Allāh. Dan Allāh mempunyai karunia yang besar[7].
إِنَّمَا ذَ ٰلِكُمُ ٱلشَّیۡطَـٰنُ یُخَوِّفُ أَوۡلِیَاۤءَهُۥ
فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ
175.
Sesungguhnya mereka itu
tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya
(orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman.
SEBELUMNYA ..... SELANJUTNYA .....
[1]Meninggal di jalan Allāh yang bukan dalam
peperangan.
[2]Urusan peperangan dan hal-hal duniawi lainnya,
seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan, dll.
[3]Ucapan ini ditujukan kepada Nabi dan para sahabat
beliau sebagai ejekan, karena mereka memandang Nabi tidak tahu taktik
berperang, sebab beliau melakukan peperangan ketika jumlah kaum muslimin
sedikit. Ucapan ini dapat digunakan untuk mengelakkan cercaan yang ditujukan
kepada diri orang-orang munafik sendiri.
[4]Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam
kita ini, tempat mereka mendapatkan kenikmatan-kenikmatan di sisi Allāh, dan
hanya Allāh sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
[5]Maksudnya ialah teman-temannya yang masih hidup
dan tetap berjihad di jalan Allāh ﷻ.
[6]Orang Quraisy.
[7]Ayat 172-174 membicarakan tentang peristiwa perang Badr Shughra (Badar Kecil) yang terjadi setahun sesudah perang Uhud. Sewaktu meninggalkan perang Uhud itu, Abu Sufyan pemimpin Quraisy menantang Nabi dan para sahabat beliau bahwa dia bersedia bertemu kembali dengan kaum muslimin pada tahun berikutnya di Badar. Tetapi karena tahun itu (4 H) musim paceklik dan Abu Sufyan merasa takut, maka dia beserta tentaranya tidak jadi meneruskan perjalanan ke Badar, lalu ia menyuruh Nu’aim Ibnu Mas’ud dkk pergi ke Madinah untuk menakut-nakuti kaum muslimin dengan menyebarkan kabar bohong seperti yang disebutkan dalam ayat 173. Namun demikian, Nabi beserta para sahabat tetap maju ke Badar. Oleh karena tidak terjadi perang, dan pada waktu itu di Badar kebetulan musim pasar, maka kaum muslimin melakukan perdagangan dan memperoleh laba yang besar. Keuntungan ini mereka bawa pulang ke Madinah seperti yang tersebut pada ayat 174.
Komentar