Langsung ke konten utama

SILAKAN DOWNLOAD APLIKASI AMPUH

SILAKAN DOWNLOAD APLIKASI AMPUH
Referensi Hukum dan Filsafat

Featured Post

PENUTUP TAFSIR SURAT 15. AL-HIJR

TAFSIR SURAT 5. AL-MĀIDAH AYAT 94-105

 

Menghormat Ka’bah sebagai sokoguru kehidupan manusia.

 

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَیَبۡلُوَنَّكُمُ ٱللَّهُ بِشَیۡءࣲ مِّنَ ٱلصَّیۡدِ تَنَالُهُۥۤ أَیۡدِیكُمۡ وَرِمَاحُكُمۡ لِیَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن یَخَافُهُۥ بِٱلۡغَیۡبِۚ فَمَنِ ٱعۡتَدَىٰ بَعۡدَ ذَ ٰلِكَ فَلَهُۥ عَذَابٌ أَلِیمٌ

94.            Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allāh akan menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang mudah didapat oleh tangan dan tombak kamu[1] supaya Allāh mengetahui orang yang takut kepada-Nya, (biarpun) azab itu belum dilihatnya. Barang siapa yang melanggar batas sesudah itu, maka baginya azab yang pedih.

 

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَقۡتُلُوا۟ ٱلصَّیۡدَ وَأَنتُمۡ حُرُمࣱۚ وَمَن قَتَلَهُۥ مِنكُم مُّتَعَمِّدࣰا فَجَزَاۤءࣱ مِّثۡلُ مَا قَتَلَ مِنَ ٱلنَّعَمِ یَحۡكُمُ بِهِۦ ذَوَا عَدۡلࣲ مِّنكُمۡ هَدۡیَۢا بَـٰلِغَ ٱلۡكَعۡبَةِ أَوۡ كَفَّـٰرَةࣱ طَعَامُ مَسَـٰكِینَ أَوۡ عَدۡلُ ذَ ٰلِكَ صِیَامࣰا لِّیَذُوقَ وَبَالَ أَمۡرِهِۦۗ عَفَا ٱللَّهُ عَمَّا سَلَفَۚ وَمَنۡ عَادَ فَیَنتَقِمُ ٱللَّهُ مِنۡهُۚ وَٱللَّهُ عَزِیزࣱ ذُو ٱنتِقَامٍ

95.            Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan[2] ketika kamu sedang ihram. Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan binatang buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai hadiah[3] yang dibawa sampai ke Ka’bah[4], atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin[5], atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu[6], supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya. Allāh memaafkan apa yang telah lalu[7], dan barang siapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allāh akan menyiksanya. Allāh Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.

 

أُحِلَّ لَكُمۡ صَیۡدُ ٱلۡبَحۡرِ وَطَعَامُهُۥ مَتَـٰعࣰا لَّكُمۡ وَلِلسَّیَّارَةِۖ وَحُرِّمَ عَلَیۡكُمۡ صَیۡدُ ٱلۡبَرِّ مَا دُمۡتُمۡ حُرُمࣰاۗ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِیۤ إِلَیۡهِ تُحۡشَرُونَ

96.            Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut[8] dan makanan (yang berasal) dari laut[9] sebagai makanan yang lezat bagi kamu dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atas kamu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allāh yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.

 

جَعَلَ ٱللَّهُ ٱلۡكَعۡبَةَ ٱلۡبَیۡتَ ٱلۡحَرَامَ قِیَـٰمࣰا لِّلنَّاسِ وَٱلشَّهۡرَ ٱلۡحَرَامَ وَٱلۡهَدۡیَ وَٱلۡقَلَـٰۤىِٕدَۚ ذَ ٰلِكَ لِتَعۡلَمُوۤا۟ أَنَّ ٱللَّهَ یَعۡلَمُ مَا فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَمَا فِی ٱلۡأَرۡضِ وَأَنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمٌ

97.            Allāh telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia[10], dan (demikian pula) bulan Haram[11], hadya[12], qalaid[13]. (Allāh menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allāh mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui segala sesuatu.

 

ٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِیدُ ٱلۡعِقَابِ وَأَنَّ ٱللَّهَ غَفُورࣱ رَّحِیمٌ

98.            Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allāh amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allāh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

 

مَّا عَلَى ٱلرَّسُولِ إِلَّا ٱلۡبَلَـٰغُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تُبۡدُونَ وَمَا تَكۡتُمُونَ

99.            Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allāh mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.

 

قُل لَّا یَسۡتَوِی ٱلۡخَبِیثُ وَٱلطَّیِّبُ وَلَوۡ أَعۡجَبَكَ كَثۡرَةُ ٱلۡخَبِیثِۚ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ یَـٰۤأُو۟لِی ٱلۡأَلۡبَـٰبِ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

100.            Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu”, maka bertakwalah kepada Allāh hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.

 

Larangan terhadap pertanyaan yang menyebabkan kemudharatan.

 

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَسۡـَٔلُوا۟ عَنۡ أَشۡیَاۤءَ إِن تُبۡدَ لَكُمۡ تَسُؤۡكُمۡ وَإِن تَسۡـَٔلُوا۟ عَنۡهَا حِینَ یُنَزَّلُ ٱلۡقُرۡءَانُ تُبۡدَ لَكُمۡ عَفَا ٱللَّهُ عَنۡهَاۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ حَلِیمٌ

101.            Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabi kamu) hal-hal yang jika diterangkan kepada kamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakannya di waktu Al-Quräan itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepada kamu. Allāh memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allāh Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

 

قَدۡ سَأَلَهَا قَوۡمࣱ مِّن قَبۡلِكُمۡ ثُمَّ أَصۡبَحُوا۟ بِهَا كَـٰفِرِینَ

102.            Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka menjadi kafir kepadanya[14].

 

مَا جَعَلَ ٱللَّهُ مِنۢ بَحِیرَةࣲ وَلَا سَاۤىِٕبَةࣲ وَلَا وَصِیلَةࣲ وَلَا حَامࣲ وَلَـٰكِنَّ ٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ یَفۡتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَۖ وَأَكۡثَرُهُمۡ لَا یَعۡقِلُونَ

103.         Allāh sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah[15], saibah[16], washilah[17], dan hām[18]. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allāh, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.

 

وَإِذَا قِیلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡا۟ إِلَىٰ مَاۤ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَإِلَى ٱلرَّسُولِ قَالُوا۟ حَسۡبُنَا مَا وَجَدۡنَا عَلَیۡهِ ءَابَاۤءَنَاۤۚ أَوَلَوۡ كَانَ ءَابَاۤؤُهُمۡ لَا یَعۡلَمُونَ شَیۡـࣰٔا وَلَا یَهۡتَدُونَ

104.         Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah (mengikut) kepada apa yang diturunkan Allāh dan kepada Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?

 

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ عَلَیۡكُمۡ أَنفُسَكُمۡۖ لَا یَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا ٱهۡتَدَیۡتُمۡۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِیعࣰا فَیُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ

105.         Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepada kamu apabila kamu telah mendapat petunjuk[19]. Hanya kepada Allāh kamu kembali semuanya. Nanti Dia akan menerangkan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.


SEBELUMNYA .....                                    SELANJUTNYA ..... 



[1]Allāh menguji kaum muslim yang sedang mengerjakan ihram dengan melepaskan binatag-binatang buruan, hingga mudah ditangkap.

[2]Baik yang boleh dimakan maupun tidak, kecuali burung gagak, elang, kalajengking, tikus, dan anjing buas (alam suatu riwayat, termasuk juga ular).

[3]Unta, lembu, kambing, biri-biri, yang disedekahkan untuk mendekatkan diri kepada Allāh.

[4]Yang dibawa sampai ke daerah haram, untuk disembelih di sana dan dagingnya diberikan kepada fakir miskin.

[5]Seimbang dengan harga binatang ternak yang akan menjadi pengganti binatang yang dibunuhnya itu.

[6]Berpuasa selama sekian hari yang sama dengan mud yang diberikan kepada fakir miskin, dengan catatan bahwa seorang fakir miskin mendapat satu mud (± 6,25 ons).

[7]Perbuatan sebelum turun ayat ini.

[8]Yang diperoleh dengan jalan mengail, memukat, dsb. Termasuk juga dalam pengertian sungai, danau, kolam, dsb.

[9]Ikan atau binatang laut yang diperoleh dengan mudah, karena telah mati terapung atau terdampar di pantai, dsb.

[10]Ka’bah menjadi tempat yang aman untuk mengerjakan urusan-urusan dunia dan akhirat, dan pusat bagi amalah haji. Dengan adanya Ka’bah itu kehidupan manusia menjadi kokoh.

[11]Dilarang melakukan peperangan di bulan itu.

[12]Unta, lembu, kambing, biri-biri, yang disedekahkan untuk mendekatkan diri kepada Allāh, disembelih di tanah Haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka ibadah haji.

[13]Dengan penyembelihan hadya dan qalaid, orang yan berkorban mendapatkan pahala yang sangat besar dan fakir miskin mendapatkan bagian dari daging binatang-binatang sembelihan itu.

[14]Sesudah diterangkan kepada mereka hukum-hukum yang mereka tanyakan lalu mereka tidak menaatinya dan menjadi kafir.

[15]Bahirah ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambill air susunya.

[16]Saibah ialah unta betina yang dibiarkan pergi kemana saja lantaran sesuatu nazar. Seperti, jika seorang Arab Jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia biasanya bernazar akan menjadikan untanya saibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat.

[17]Washilah ialah bila seekor domba betina yang melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.

[18]Hām ialah unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi karena sudah membuntingkan unta betina sebanyak sepuluh kali. Bahirah, saibah, washilah, dan hām adalah kepercayaan Arab Jahiliyah.

[19]Kesesatan orang lain itu tidak akan memberikan mudharat kepada orang-orang yang beriman. Tetapi bukan berarti orang-orang beriman tidak menyeru untuk berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang munkar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAFSIR SURAT 6. AL-AN'AAM AYAT 61-73

  وَهُوَ ٱلۡقَاهِرُ فَوۡقَ عِبَادِهِۦۖ وَیُرۡسِلُ عَلَیۡكُمۡ حَفَظَةً حَتَّىٰۤ إِذَا جَاۤءَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ تَوَفَّتۡهُ رُسُلُنَا وَهُمۡ لَا یُفَرِّطُونَ 61.         Dan Dia lah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, kemudian apabila datang kematian kepada salah seorang diantara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.   ثُمَّ رُدُّوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِ مَوۡلَىٰهُمُ ٱلۡحَقِّۚ أَلَا لَهُ ٱلۡحُكۡمُ وَهُوَ أَسۡرَعُ ٱلۡحَـٰسِبِینَ 62.         Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dia lah yang paling cepat membuat perhitungan.   قُلۡ مَن یُنَجِّیكُم مِّن ظُلُمَـٰتِ ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ تَدۡعُونَهُۥ تَضَرُّعࣰا وَخُفۡیَةࣰ لَّىِٕنۡ أَنجَىٰنَا مِنۡ هَـٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّـٰكِرِینَ 63.         Katakanlah: “Siapakah yang dapat me

TAFSIR SURAT 2. AL-BAQARAH (SAPI BETINA) AYAT 142-158

   JUZ 2   KEESAAN TUHAN LAH YANG AKHIRNYA MENANG   Sekitar pemindahan kiblat.   سَیَقُولُ ٱلسُّفَهَاۤءُ مِنَ ٱلنَّاسِ مَا وَلَّىٰهُمۡ عَن قِبۡلَتِهِمُ ٱلَّتِی كَانُوا۟ عَلَیۡهَاۚ قُل لِّلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُ إِلَىٰ صِرَ ٰ ⁠ طࣲ مُّسۡتَقِیمٍ 142.             Orang-orang yang kurang akalnya [1] di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?”. Katakanlah: “ Kepunyaan Allāh lah Timur dan Barat . Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus [2] ”.   وَكَذَ ٰ ⁠ لِكَ جَعَلۡنَـٰكُمۡ أُمَّةࣰ وَسَطࣰا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَاۤءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَیَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَیۡكُمۡ شَهِیدࣰاۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِی كُنتَ عَلَیۡهَاۤ إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن یَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن یَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَیۡهِۚ وَإِن كَانَتۡ لَكَبِیرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِینَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِیُضِیعَ إِیمَـٰنَكُمۡۚ إِنَّ

PENDAHULUAN TAFSIR SURAT 7. AL-A'RAAF (TEMPAT TERTINGGI)

بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ   MUQADDIMAH               Surat Al-A'raaf termasuk golongan surat Makkiyah, diturunkan sebelum turunnya surat Al-An'aam dan termasuk golongan surat “Assab ‘uththiwaal” (tujuh surat yang panjang). Dinamakan Al-A'raaf diambil dari ayat 46 yang mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas Al-A'raaf yaitu: tempat yang tertinggi di batas syurga dan neraka.   Pokok-pokok isinya:   a.             Keimanan:   1)             mentauhidkan Allah dalam berdoa; 2)             beribadat; 3)             hanya Allah sendiri yang mengatur dan menjaga alam; 4)             menciptakan undang-undang dan hukum-hukum untuk mengatur kehidupan manusia di dunia dan di akhirat; 5)             Allah bersemayam di ‘Arsy; 6)             bantahan terhadap kepalsuan syirik; 7)             ketauhidan adalah sesuai fitrah manusia; 8)             Musa berbicara denga