Langsung ke konten utama

SILAKAN DOWNLOAD APLIKASI AMPUH

SILAKAN DOWNLOAD APLIKASI AMPUH
Referensi Hukum dan Filsafat

Featured Post

PENUTUP TAFSIR SURAT 15. AL-HIJR

PENUTUP TAFSIR SURAT 8. AL-ANFAAL (HARTA RAMPASAN PERANG)

PENUTUP

 

            Surat Al-Anfāl menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya, khususnya Perang Badar, yaitu peperangan yang menentukan jalan sejarah Islam dan muslimin. Bahkan tidak akan salah kiranya jika dikatakan bahwa Perang Badar itu menentukan sejarah umat manusia pada umumnya.

 

            Sebagian surat ini mengandung hal-hal yang berhubungan dengan perdamaian dan peperangan; tingkah laku orang-orang kafir, orang-orang munafik, dan sebagian orang-orang Islam yang tidak kuat imannya dalam peperangan. Ditegaskan pula bahwa Allāh menolong orang-orang yang beriman dan menghancurkan orang-orang kafir dan munafik itu adalah merupakan sunnah-Nya yang tidak dapat dipungkiri, berlakunya, sebagaimana pernah terjadi pada Fir'aun dan kaumnya serta umat-umat yang sebelumnya.

 

            Persesuaian surat Al-Anfāl dengan surat At-Taubah:

 

Hal-hal yang dikemukakan di dalam surat Al-Anfāl seperti hal-hal yang berhubungan dengan pokok-pokok agama dan furu’nya, sunnah Allāh, syariat, hukum perjanjian dan janji setia, hukum perang dan damai, dan sebagainya disebutkan pula di dalam surat At-Taubah, umpamanya:

a.            Perjanjian yang dikemukakan surat Al-Anfāl dijelaskan oleh surat At-Taubah, terutama hal-hal yang berhubungan dengan pengkhianatan musuh terhadap janji-janji mereka.

 

b.            Sama-sama menerangkan tentang memerangi orang-orang musyrik dan Ahli Kitab.

 

c.            Surat Al-Anfāl mengemukakan bahwa yang mengurus dan memakmurkan Masjidilharam itu ialah orang-orang yang bertakwa, sedangkan surat At-Taubah menerangkan bahwa orang musyrik tidak pantas mengurus dan memakmurkan masjid, bahkan mereka akan menghalang-halangi orang-orang Islam terhadapnya.

 

d.            Surat Al-Anfāl menyebutkan sifat-sifat orang yang sempurna imannya dan orang-orang kafir, lalu pada akhir surat diterangkan pula tentang hukum perlindungan atas orang-orang muslim yang berhijrah, orang-orang muslim yang tidak berhijrah serta orang-orang kafir. Hal yang serupa dikemukakan pula di dalam surat At-Taubah.

 

e.            Surat Al-Anfāl menganjurkan agar bernafkah di jalan Allāh, dan surat At-Taubah menegaskan sekali lagi. Begitu pula dalam surat Al-Anfāl diterangkan tentang penggunaan harta rampasan perang, sedangkan surat At-Taubah menerangkan penggunaan zakat.

 

f.              Surat Al-Anfāl mengemukakan tentang orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya, kemudian surat At-Taubah menerangkannya lebih luas.

 

Jika diperhatikan, ternyata antara surat Al-Anfāl dan surat At-Taubah terdapat hubungan yang sangat erat. Seakan-akan keduanya merupakan satu surat. Bahkan sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa kalau bukan karena ketentuan Allāh maka mereka akan memandang kedua surat itu sebagai satu surat.


SEBELUMNYA .....                                    SELANJUTNYA .....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAFSIR SURAT 2. AL-BAQARAH (SAPI BETINA) AYAT 142-158

   JUZ 2   KEESAAN TUHAN LAH YANG AKHIRNYA MENANG   Sekitar pemindahan kiblat.   سَیَقُولُ ٱلسُّفَهَاۤءُ مِنَ ٱلنَّاسِ مَا وَلَّىٰهُمۡ عَن قِبۡلَتِهِمُ ٱلَّتِی كَانُوا۟ عَلَیۡهَاۚ قُل لِّلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ وَٱلۡمَغۡرِبُۚ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُ إِلَىٰ صِرَ ٰ ⁠ طࣲ مُّسۡتَقِیمٍ 142.             Orang-orang yang kurang akalnya [1] di antara manusia akan berkata: “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?”. Katakanlah: “ Kepunyaan Allāh lah Timur dan Barat . Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus [2] ”.   وَكَذَ ٰ ⁠ لِكَ جَعَلۡنَـٰكُمۡ أُمَّةࣰ وَسَطࣰا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَاۤءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَیَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَیۡكُمۡ شَهِیدࣰاۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ ٱلَّتِی كُنتَ عَلَیۡهَاۤ إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن یَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن یَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَیۡهِۚ وَإِن كَانَتۡ لَكَبِیرَةً إِلَّا عَلَى ٱلَّذِینَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِیُضِیعَ إِیمَـٰنَكُمۡۚ إِنَّ

PENDAHULUAN TAFSIR SURAT 7. AL-A'RAAF (TEMPAT TERTINGGI)

بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ   MUQADDIMAH               Surat Al-A'raaf termasuk golongan surat Makkiyah, diturunkan sebelum turunnya surat Al-An'aam dan termasuk golongan surat “Assab ‘uththiwaal” (tujuh surat yang panjang). Dinamakan Al-A'raaf diambil dari ayat 46 yang mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas Al-A'raaf yaitu: tempat yang tertinggi di batas syurga dan neraka.   Pokok-pokok isinya:   a.             Keimanan:   1)             mentauhidkan Allah dalam berdoa; 2)             beribadat; 3)             hanya Allah sendiri yang mengatur dan menjaga alam; 4)             menciptakan undang-undang dan hukum-hukum untuk mengatur kehidupan manusia di dunia dan di akhirat; 5)             Allah bersemayam di ‘Arsy; 6)             bantahan terhadap kepalsuan syirik; 7)             ketauhidan adalah sesuai fitrah manusia; 8)             Musa berbicara denga

PENDAHULUAN TAFSIR SURAT 67. AL-MULK (KERAJAAN)

بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ     MUQADDIMAH   Surat ini terdiri dari 30 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Ath-Tuur. Nama Al-Mulk diambil dari kata “Al-Mulk” yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya kerajaan atau kekuasaan. Dinamai pula surat ini dengan “At-Tabaarak” (Maha Suci).   Pokok-pokok isinya:   a.             Hidup dan mati ujian bagi manusia; b.             Allah menciptakan langit berlapis-lapis dan semua ciptaan-Nya mempunyai keseimbangan; c.             Perintah Allah untuk memperhatikan isi alam semesta; d.             Azab yang diancamkan kepada orang-orang kafir; e.             Janji Allah kepada orang-orang mukmin; f.              Allah menjadikan bumi sedemikian rupa hingga mudah bagi manusia untuk mencari rezeki; g.             Peringatan Allah kepada manusia tentang sedikitnya mereka yang bersyukur kepada nikmat Allah. BACA SE